6 Juli 2009, 07:30 WIB ....
Terbang dari bandara International Polonia, Medan, menuju tanahnya para "Singa". Dalam perjalanan selama satu jam dua puluh lima menit (lengkap bener, hehe he) aku nggak ngeliat apa - apa. Cuma awan - awan dan laut. Menikmati
breakfast ala
international flight makin membuat perjalanan ini semakin singkat. Belum habis aku makan
banana chocolate pastry dan secangkir teh hangat, tiba - tiba sang pramugari sudah memberitahu kalau pesawat Airbus seri A320 milik maskapai Silk Air ini, akan segera mendarat di tujuan kita, Negeri Singa.
Jesss ... (emang beda ya bunyinya maskapai luar ama dalam kalo landing, hehehe, yang ini keliatan perawatan super), pesawat
landing dengan mulus. Sepanjang jalan pasca pendaratan belum ada tanda - tanda kalo aku udah sampai di tujuan yang benar - benar tujuan ?!. Sampe akhirnya pesawat berbelok ke sebelah kiri menuju
apron untuk parkir. Dan ... terlihatlah ikon pertama negeri Temasek ini,
changi air traffic control. Bentuknya yang unik menjadi
landmark para turis ketika mereka mendarat di Singapura via bandara.
Berhubung saya adalah
underseventeen traveller travelling alone, aku keluar paling akhir bersama awak kabin. But, pas di ujung pintu pesawat, pramugari menyerahkan aku (i'm not a prisoner Mam :p) ke Ground Crew yang bertugas untuk mengantarkan aku sampai sepupuku menjemput.
Yang mengantar aku ini (aku sebut Mrs. Ground Crew aja ya) seorang perempuan berperawakan India - Melayu.Sepanjang perjalanan menuju
arrival hall, si Mrs Ground Crew ini banyak banget nanya. Parahnya pas tahu aku dari Indon (katanya orang mALAYsia gitu, hehehe) dia langsung ngomong bahasa melayu. Oh Gosh, how dare me. Aku malah nggak ngerti dia ngomong apa. Logat melayu yang kental dibarengi dengan tempo bicara bak jarum mesin jahit, buat aku sama sekali nggak ngerti apa yang dia omongin. Alhasil aku cuma nyengir dan angguk - angguk, geleng - geleng nggak jelas. Alhamdulillah-nya, mungkin dia sadar aku nggak terlalu ngerti apa yang dia maksud kalo pake bahasa melayu, and finally, back to
international language .
Untuk sampe di
arrival hall perjalanannya panjang berliku kayak
kehidupan (Kayak ngerti kehidupan aja, LOL!). Aku ngelewatin beberapa pos ; pertama X-Ray, kesehatan, dan imigrasi. Di pos X-Ray semua barang - barang dan benda logam di periksa, di pos kesehatan, suhu tubuh kita di ukur (soalnya waktu itu musim flu burung), dan di pos imigrasi kita ditanyain keperluan dan berapa lama kita di Singapura, terus paspor kita di Cap dengan visa turis (singapura itu menganut
visa on arrival, di klik aj kalo belum tahu tentang
visa on arrival). Yayyy, Im here, in Singapore.
Masih bersama si Mrs.Ground Crew yang
too talkactive, akhirnya aku sampai di
arrival hall. Sepi ... kenyataanya nggak sama seperti yang disebutin dibuku - buku travel kalo Changi International Airport adalah bandara tersibuk di Asia tenggara, bahkan Asia. Whateverlah, si Mrs Ground Crew mulai cerewet karena sepupuku belum dateng menjemput. Hmmm udah agak emosi aku, nggak bisa sabar ni orang, aku nggak minta nganterin, nggak minta nemenin, dia malah marah - marah. Aku udah bilang "Im okay, you can leave me alone.". Eh malah si Mrs Ground Crew nyerocos kalo ini tugas dia mengantarkan
traveller underseventeen sampe dijemput, karena aku dilindungi hukum singapura HAHAHA (takut dapet
punishment kali dia, hehehe) tapi dia malah
riweuh sama tugasnya yang lain (Sorry that's your bussiness not mine okay, :p).
Cukup lama menunggu, aku disuruh nelpon sepupuku sama si Mrs unpatient (itu lebih tepat kali). Dalam percakapan telpon aku dan sepupuku, sepupu tanya aku ada di
belt berapa ? WHAT belt ? what's that?. Tuhan aku diem sejenak untuk mencari apa yang di maksud sepupuku. Yap, nomor tempat
baggage claim (tempat pengambilan bagasi.red). "31" lantangku (hahaha sama sperti tanggal lahirku :p).
. . . . .
Finally, sepupuku datang, dan aku siap dilepas dari cengkraman si Mrs Burung Beo (englishnya burung beo apa ya ??? Parrot! ). Sepupuku menandatangani sebuah surat dan si Mrs Ground Crew leave us. Hurrayy..
Now im with my cousin. His name is Arief Yudhanto. Dia anak kakak mamaku. Ada di Singapura, sejak tujuh tahun lalu, kuliah master
mechanical engineering di National University of Singapore dan langsung lanjut bekerja di sini.
Aku tukar uang IDR ku ke $SG (dollar singapura), dikasih kartu perdana dan dibelikan
top up (untuk isi pulsa) sama sepupuku. Time for lunch. Makan siang kali ini aku pilih di gerai Burger King. Habis nggak tahu mau makan apa.
After lunch, kita nggak berlama - lama lagi di bandara. Dari
venue Burger King langsung menuju stasiun Changi
MRT (kereta cepat itu lho ...) yang berada di terminal 2 bandara internasional Changi.
Di stasiun MRT, aku dikasih kartu
EZ-Link sama sepupuku (gratis lagi, hehehe) diajarin cara nge-tap di pintu masuk peron. Perlu temen - temen ketahui, waktu pintu masuk peron terbuka hanya TIGA detik pasca penge
tapan kartu EZ-Link atau bentuk kartu lainnya, kalo kalian lambat dan pintu tertutup, kalian harus pindah ke pintu lainnya, dan ongkos naik MRT-nya akan dihitung jarak terjauh, so ... be cepaaat.
Sebuah kereta MRT udah menunggu, sepi ... isinya hanya turis dan orang -orang dari bandara yang menuju pusat kota. Lagian Changi MRT adalah stasiun terakhir di wilayah timur Singapura, so wajar kalo sepi. Ti ti ti t (ups ngomong kotor, hehehe) pintu MRT tertutup. Wuuushhh, kereta melaju cepat sekali, menurutku. Kalo kata sepupuku kecepatan MRT disini masih tergolong lambat. MRT di New York, Tokyo, dan Hongkong jauh lebih cepet, wuuushhh.
to
be continued